CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sabtu, 02 Agustus 2008

MANUSIA LAHIR BERSAMA PELUANG

ayo naik bu, dik, bang, smuanya...nanti tenggelam lo...!
seorang pe rental pancingan, (btw harga rentalnya seribu doang tapi ikannya kocil2)

dua orang anak yang menjual manisan di pantai losari, (sorry dik...aq dah manis)
seorang tunanetra sedang mengemis di pantai losari,,(lain kali pak ya!)

Sekarang ini penuh dengan berbagai macam kesulitan, mulai dari kurangnya lapangan kerja, naiknya harga BBM dan kesulitan hidup lainnya .namun apakah kita harus menyesali semua itu atau marah kepada pemerintah yang kurang mampu mensejahterakan rakyatnya? Istilah pemerintah, dalam pemahaman saya, sebenarnya melanggar konstitusi. Sudah jelas-jelas dikemukakan dalam konstitusi, bahwa kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Namun, dengan sengaja kita sedang menempatkan rakyat dalam posisi ”diperintah”. Ini penting untuk dipahami, sebab setiap istilah yang kita berikan ke sebuah institusi, memberi legitimasi terhadap perilaku sebagaimana terkandung dalam istilah tersebut. Bill Clinton tidak menyebut team-nya bill clinton’s government, melainkan bill clinton’s administration. Di negeri maju, mereka tidak menyebut pegawainya dengan sebutan pegawai negeri, melainkan public servant. Kok jadi bahas masalah itu sich! Kembali ke laptop…
Dunia ini g pernah buat salah ama kita jadi jangan pernah menyalahkan siapapun.Menurut saya yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya, betul nggak?



Kembali ama tema kita sekarang, setiap manusia yang lahir sebenarnya sudah membawa peluang . Bedanya dengan argumen orang kebanyakan, peluang bukanlah sejenis keadaan yang berdiri diluar sana, dan menunggu untuk ditemukan. Peluang lebih merupakan keadaan yang tercipta dari patah semangat, peluang akan jarang muncul. Bukan Karena tuhan pilih kasih, namun lebih karena cara berespons yang dibungkus terlalu banyak pesimisme.

Coba temui orang-orang bawah yang hidup pas-pasan seperti gambar diatas. Dari penjual manisan,rental pancingan sampai dengan rental bebek. Mereka semua matanya terbuka, bahwa setiap tanah yang kita injak sebenarnya mengandung peluang. Kemanapun mata memandang, ada peluang. Dengan sejumlah optimisme, apa-pun – sekali lagi apapun – bias jadi peluang. Pantai losari yang indah dengan sunset dan lautnya dan tempat berkumpulnya orang menghadirkan peluang dalam bentuk bisnis seperti gambar-gambar diatas. Dan tidak terhitung jumlah peluang lainnya. Atau dalam bahasa bill cosby: work ur own own oppurtinity. Ciptakan, temukan, dan kerjakan sendiri peluang-peluang anda. Btw Gambar diatas saya ambil waktu saya jalan-jalan ke pantai losari ma teman-teman, melihat indahnya sunset makassar gitu loh! Kembali ke laptop (nakana tukul). Singkat kata, yang terpenting bukan pendidikan, pengalaman maupun keturunan, namun bagaimana kita berespons terhadap keadaan. Ini yang menentukan parner, apaka kita akan buta terhadap peluang, atau bakal menemukan “pelangi” peluang dimana-mana. Belajar dari sini, perlu dicermati beberapa hal sebagai bahan perenungan. Pertama, berbeda dengan ilmu geografi(btw saya g lulus UI jurusan ini ) dimana peta hanya bisa digambar setelah wilayahnya jelas, dalam memandang kehidupan berlaku kaidah sebaliknya: peta menentukan bentuk wilayah yang kita lihat. Jika petanya takut, gagal, pesimis dan sejenis, maka “wilayah” yang anda lihat menjadi amat sempit dan penuh dengan bahaya. Sebaliknya, bila peta yang ada dikepala adalah spirit untuk senantiasa mencoba, yakin akan berhasil dan sikap sejenis, maka “wilayah” peluangnya besar dan lebar. Ini berarti, hati-hatilah dengan “peta” yang ada dikepala kita. Setiap orang dewasa kepalanya dipenuhi dengan peta. Hanya saja, tanpa kewaspadaan yang memadai, mata, teling dan indra kita akan diperdaya oleh peta terakhir. Kedua, pengalaman, pendidikan, keturunan dan latar belakang sejenis, suka tidak suka, mau tidak mau, berpengaruh terhadap totalitas cara kita berespons. Sebelum kita dipenjara oleh semua latar belakang semacam ini, ada baiknya untuk menyelam dalam ke “sumur” sang aku. Maksudnya kenali diri sendiri secara amat tahu setiaap peta di kepala dari asal muasalnya, seberapa menjebak dia, sampai apa yang harus dilakukan setiap kali anda mau memproduksi peluang. Ketiga, diri kita sebenarnya lebih mirip dengan karet yang lentur dibandingkan batu yang keras. Ini berarti, seberapa kuatpun belenggu warisan masa lalu, ia tetap bisa diubah. Namun, sebagaimana karet, tarikan sekali yang terlalu keras bisa membuatnya putus. Dalam membuatnya berubah, kita meski tekun, pelan, konsisiten. Saran saya sebagai remajai, buat remaja sebaiknya baca bukunya Stephen R covey – the 7 habits teens of highly effective Digabung menjadi satu, tubuh ini disamping sudah membawa peluang sejak lahir, sebenarnya ia juga bisa memproduksi peluang. Persoalannya, sudahkah anda mencobanya dengan penuh ketekunan?

Tidak ada komentar: